top of page

Marketing KOL Gagal? Hindari 3 Kesalahan Ini agar Kampanye Lebih Efektif

  • Writer: Ira Permatasari
    Ira Permatasari
  • Aug 18
  • 5 min read
3 Kesalahan Marketing KOL yang Sering Dilakukan dan Cara Menghindarinya
3 Kesalahan Marketing KOL yang Sering Dilakukan dan Cara Menghindarinya

Di tengah lautan informasi digital yang membanjiri konsumen setiap harinya, pendekatan pemasaran konvensional semakin kehilangan taring. Konsumen kini cenderung mempercayai suara-suara yang mereka anggap autentik dan relevan, bukan sekadar iklan yang muncul berulang kali di layar mereka. Di sinilah peran marketing KOL (Key Opinion Leader) menjadi sangat penting.


Secara sederhana, KOL adalah individu yang memiliki kredibilitas tinggi dalam bidang tertentu—baik sebagai praktisi, pakar, maupun figur publik—dan memiliki pengaruh nyata terhadap opini serta keputusan audiens mereka. Mereka tidak selalu selebritas atau influencer media sosial, melainkan bisa saja dokter, chef profesional, analis pasar, atau kreator konten edukatif yang diikuti karena kompetensi dan konsistensinya.


KOL marketing, atau pemasaran berbasis KOL, memanfaatkan kekuatan pengaruh ini. Merek-merek bekerja sama dengan tokoh-tokoh kunci tersebut untuk menyampaikan pesan secara lebih natural dan meyakinkan. Karena sifatnya yang menyerupai rekomendasi pribadi daripada iklan eksplisit, pendekatan ini terbukti lebih efektif dalam membangun kepercayaan dan loyalitas konsumen. Bahkan, studi menunjukkan bahwa pemasaran dari mulut ke mulut mampu mendorong penjualan hingga lima kali lebih tinggi dibanding iklan berbayar biasa.


Tak heran jika banyak brand berlomba-lomba mengadopsi strategi KOL marketing. Namun sayangnya, tidak sedikit di antaranya justru mengalami hasil yang jauh dari harapan. Dari kampanye yang tidak berdampak, hingga kolaborasi yang malah merusak citra merek—semuanya bisa terjadi ketika strategi dijalankan tanpa pemahaman mendalam.


3 Kesalahan Marketing KOL yang Sering Dilakukan dan Cara Menghindarinya

Apa saja kesalahan umum dalam KOL marketing yang berakibat fatal pada kampanye sebuah brand? Dan bagaimana Anda bisa menghindarinya agar kampanye tidak sekadar terlihat keren, tapi juga benar-benar efektif?

Mari kita telusuri bersama.


  1. Salah Memilih KOL: Banyak Pengikut Sosial Media Bukan Jaminan Keberhasilan

KOL influencer dengan jumlah pengikut yang fantastis bukan jaminan keberhasilan KOL marketing Anda
KOL influencer dengan jumlah pengikut yang fantastis bukan jaminan keberhasilan KOL marketing Anda

Salah satu kesalahan paling umum dan paling merugikan dalam strategi KOL marketing adalah memilih sosok yang tidak sejalan dengan karakter merek atau target audiens. Banyak brand tergoda untuk langsung menggandeng influencer dengan jutaan pengikut, berharap jangkauan luas otomatis akan berbanding lurus dengan hasil besar. Sayangnya, harapan tersebut seringkali tak sejalan dengan kenyataan.


Bayangkan sebuah brand skincare menggandeng influencer yang dikenal di ranah fashion tanpa riwayat atau minat khusus terhadap perawatan kulit. Meskipun influencer tersebut memiliki audiens besar, pesan yang disampaikan kemungkinan besar tidak akan nyambung dengan kebutuhan atau ketertarikan pengikutnya. Alhasil, kampanye yang tampak menjanjikan dari luar justru bisa berakhir datar, bahkan gagal total.


Solusi yang dapat Anda terapkan:

Kekuatan utama seorang KOL tidak terletak pada banyaknya pengikut, melainkan pada tingkat relevansi, kredibilitas, dan keterlibatan audiens yang dimilikinya. Dalam banyak kasus, nano KOL dengan 5.000–20.000 pengikut yang sangat engaged justru mampu menciptakan dampak yang lebih konkret dibanding macro KOL yang audiensnya luas tetapi cenderung pasif atau tidak sesuai dengan segmen pasar Anda.

Misalnya, seorang beauty content creator dengan komunitas kecil tetapi loyal, yang konsisten berbicara tentang perawatan kulit berbasis bahan alami, bisa memberikan hasil yang jauh lebih efektif bagi brand skincare organik—dibanding selebritas gaya hidup yang hanya menyebutkan produk sekali tanpa konteks atau pengalaman pribadi.

Itulah mengapa penting bagi brand untuk tidak hanya terpaku pada angka, tetapi benar-benar melakukan riset mendalam. Perhatikan siapa audiens KOL tersebut, bagaimana mereka berinteraksi, dan apakah nilai serta gaya komunikasi KOL sejalan dengan positioning merek Anda.


Dalam lanskap pemasaran yang semakin mengarah pada personalisasi dan keaslian, memilih KOL dengan citra yang sejalan jauh lebih berharga daripada sekadar menggandeng nama besar tanpa koneksi emosional yang kuat dengan target pasar Anda.


  1. Memperlakukan KOL sebagai Slot Iklan: Strategi Lama di Era Baru

Kesalahan lain yang sering terjadi dalam kampanye KOL marketing adalah memperlakukan para influencer KOL layaknya papan iklan digital—langsung diberi skrip, jadwal tayang, dan arahan serba kaku. Pendekatan semacam ini bukan hanya membatasi kreativitas, tetapi juga menghilangkan esensi utama dari kekuatan KOL: otentisitas atau keaslian.


Perlu diingat, audiens mengikuti KOL bukan karena mereka membaca naskah, melainkan karena mereka menyampaikan opini yang terasa personal, relevan, dan dipercaya. Ketika konten terasa terlalu “mengiklankan”, respons audiens pun cenderung menurun. Bahkan KOL dengan jumlah pengikut besar tidak bisa menyelamatkan kampanye jika pesan yang disampaikan terdengar seperti promosi semata.


Solusi yang dapat Anda terapkan:

Kolaborasi yang kuat terjadi ketika brand dan KOL saling berbagi ruang dalam proses kreatif. Saat brand membuka percakapan sejak awal—menjelaskan nilai, cerita, dan tujuan mereka—KOL dapat menyusun narasi yang menyatu dengan gaya komunikasi mereka sendiri. Hasilnya? Konten terasa natural, menyenangkan, dan jauh lebih meyakinkan bagi para pengikut mereka.


Solusinya bukan melepaskan semua kendali, melainkan menemukan titik temu: berikan arahan yang jelas tapi fleksibel, dan percaya pada gaya komunikasi sang KOL. Ketika mereka merasa diberi ruang untuk mengekspresikan pesan brand dengan cara mereka sendiri, hasilnya cenderung lebih autentik, relevan, dan berdampak.


  1. Mengharapkan Hasil Instan Tanpa Ukuran yang Jelas: Resep Kegagalan KOL Marketing


Di era digital yang serba cepat, banyak brand tergoda untuk menganggap pemasaran KOL sebagai jalan pintas menuju viralitas atau lonjakan penjualan. Harapannya? Satu postingan dari KOL ternama langsung mengubah angka penjualan secara dramatis. Sayangnya, realita jarang semanis itu.


KOL marketing bukan taktik sekali tembak, melainkan strategi jangka panjang. Sama seperti membangun reputasi sebuah merek, pengaruh yang ditanam melalui KOL perlu waktu untuk tumbuh. Dibutuhkan konsistensi, kepercayaan, dan pendekatan berlapis agar audiens tidak hanya melihat, tetapi juga tergerak untuk percaya dan bertindak.


Namun, kesalahan tidak berhenti sampai di sana. Banyak kampanye dijalankan tanpa tujuan yang jelas dan indikator keberhasilan yang terukur. Akibatnya, brand tidak bisa benar-benar menilai apakah upaya mereka berhasil atau justru menguap begitu saja. Tanpa data, tak ada arah; tanpa arah, sulit untuk berkembang.


Solusi yang dapat Anda terapkan:

Solusi terbaik? Tetapkan ekspektasi realistis dan ukur kinerja secara konkret. Sebelum kampanye diluncurkan, rumuskan terlebih dahulu apa yang ingin dicapai—apakah itu awareness, engagement, atau konversi. Pilih metrik yang relevan: seperti rasio klik, tingkat interaksi, jumlah mention, atau bahkan sentimen audiens. Dengan begitu, strategi bisa dievaluasi dan disempurnakan untuk hasil yang lebih optimal di masa depan.


Dalam dunia pemasaran yang semakin kompetitif, kesabaran yang terukur sering kali lebih menguntungkan daripada ekspektasi instan tanpa dasar.


Upgrade Strategi Marketing Kol Anda Bersama TDM!

Banyak brand sudah menyadari potensi marketing KOL tetapi belum semua berhasil memanfaatkannya dengan tepat. Tantangannya seringkali terletak pada pemilihan KOL Influencer yang tidak relevan, komunikasi yang terlalu transaksional, hingga ekspektasi hasil instan tanpa data pendukung yang jelas.


Di sinilah TDM hadir sebagai mitra strategis.

TDM percaya bahwa kampanye yang berdampak lahir dari pendekatan yang intim, terukur, dan personal. Kami tidak hanya sekadar menghubungkan Anda dengan influencer KOL, tetapi benar-benar memahami kebutuhan brand Anda, lalu mencocokkannya dengan nano KOL atau profil yang paling relevan—yang benar-benar dipercaya oleh audiensnya.


Melalui kombinasi data, riset mendalam, dan kolaborasi kreatif, TDM membantu Anda membangun hubungan jangka panjang dengan KOL yang mampu menyampaikan pesan brand secara otentik dan efektif. Karena bagi kami, KOL bukan alat iklan, tapi representasi nilai brand Anda.


Jangkau kami melalui email: anis@tdmteam.com atau telepon: +62 811 8682 015, dan mulailah bangun kampanye yang benar-benar engaging, bukan hanya “terlihat keren”!




Referensi

https://camphouse.io/blog/kol-marketing#:~:text=endorsements%20and%20recommendations.-,3%20Key%20KOL%20Marketing%20Benefits,experience%20for%20their%20target%20demographic.

https://kolhub.com/my/brands-benefit-from-kol-marketing

https://virid.com/blogs/virid-blog/how-kol-marketing-could-help-grow-your-brand?srsltid=AfmBOorK8YAfpf7TKNFN-BNu0GfI3bz5q9XUq65mvV37IxU2KQNc18Yd

https://socialsnowball.io/post/kol-marketing 



Comments


phone: +628118682015

Headquarter Office

Antasari Park Jalan Pangeran Antasari No. 61 Cipete Utara, Kebayoran Baru, South Jakarta, 12150

Branch Office

Wim Coworking Office. l. Palagan Tentara Pelajar No.27, Jongkang, Sariharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581

  • LinkedIn
  • Instagram
  • TikTok

PT Tri Digital Manshur
©2025 by TDM

bottom of page